Sabtu, 26 November 2011

Please Don't Go chapter 1

Sekian lama kesana kemari mencari ff onkey. Oke ya ini bukan ayu ting-ting yang tak kunjung mendapat alamat kekasih gelapnya (?) enough -_-

Info author nih yaaa, gue lagi doyan banget baca ff onkey 2min bergenre romance sad gitu. Kok ga ada Jonghyun? Abis dia pasangannya di syaini sih wkw. Gue nyoba bikin sendiri akhirnya jadi abal gini deh, ya maklum masih amatir dan pemula. Tadinya pengen bikin oneshoot tuh, eh karena kepanjangan dan belum sampe klimaks yaudah deh dibikin berchapter aja. Oke sekian curhatan –dan sama sekali bukan info!- author. Oh iya big thanks buat abang-abang syaini yang bersudi mau jadi cast dicerita abal saya, Kajan dengan Love Command nya yang tinggal satu chapter lagi ending dan semoga bisa dibikin novel yaaa. Terus kak Cornelia dan para author lain dengan ff Onkey 2min nya di blog kak A. Vinna, Authorizuka dengan novel Infinitely Yours nya yang sumpah itu novel super kereeen! Buat kak Herda juga yang udah bantu nyari alurnya. Sukses terus kaliaaaan *hugs* Langsung aja gimana? Okay, don’t be silent readers! Hope yall like it. Check this ouuutttt :D

********************
Tittle : Please Don’t Go

Author : Most Valuable Person for Lockets (?) a.k.a Firli Wirany~

Genre : Romance, Sad menjurus ke Angst abal-abal. Tralalalala~

Cast : Lee Jinki, Kim Kibum, Lee Taemin, Kim Jonghyun dan Choi Minho

Theme Song : Please Don’t Go – Onew & Jonghyun

Length : sepanjang jalan kenangan~

Type : OneShoot berchapter (?)

******
Rinai hujan masih membasahi kulit bumi sore ini. Meneteskan sisa bulir-bulir air pada bangku taman dimana tempat seorang namja tampan terjaga dalam duduknya. Namja tampan itu bergeming, memandang sebuah danau di depannya dengan ekspresi tak tertebak. Sesekali ia memejamkan matanya sambil menengadah ke atas, merasakan rinai kecil dari tangisan alam ini menyentuh permukaan pipi tomat ranumnya.

Hujan yang kini sudah reda, menimbulkan aroma tanah basah yang menurut namja tampan itu memiliki ke-khas-an tersendiri. Entahlah, ia sulit menjelaskan darimana asal cetusan kata-kata itu. Namja tampan tersebut masih memejamkan mata sambil sesekali menghirup aroma tanah basah di sekitarnya. Bersamaan dengan itu pula, terdengar suara deheman pelan. Namja pipi tomat itu membuka matanya lalu menoleh ke empunya suara deheman pelan tadi.

Dilihatnya seorang namja cantik berpipi tirus yang sedang tersenyum manis kearah si namja tampan. Namja tampan itu memekik pelan dalam hati, ‘manis sekali senyuman namja cantik ini’. Namun sang logika malah menyuruh membuka mulutnya dan bertanya,
“Ada apa?”

“Boleh aku duduk disini?” Namja tampan itu membalas senyuman si namja cantik dan dengan senang hati mempersilahkannya duduk.

“Kamsahamnida, hyung.” (terima kasih) ucapnya beberapa detik setelah bokong si namja cantik mendarat mulus di bangku taman ini.

“Cheonmaneyo,” (sama-sama) balas si namja tampan.

Lima belas menit mereka lalui dengan diam. Sibuk dengan pikiran dan kegiatannya masing-masing. Tak ada yang berbicara satu sama lain. Membuat si namja tampan gemas untuk memulai pembicaraan dengan namja cantik disebelahnya.
“Kau sedang apa disini?” si namja cantik menoleh, tesenyum tipis dan membuang pandangannya ke danau di depannya.

“Menunggu pelangi. Kau sendiri?” namja cantik itu berpaling –lagi- dan menatap sepasang mata bulan sabit milik si namja tampan. Namja tampan itu mengernyit tak kentara lalu berkata,
“Hanya merileksasikan diri,” si namja tampan ikut tersenyum tipis, lalu menambahkan, “Sebenarnya aku juga sedang menunggu pelangi. Oh ya, kau sudah lama disini?”
“Ani, aku datang setelah hujan reda. Umm.. sepertinya, kau sudah lama disini, ne?”

“Tunggu, ottokhae arraesso?” (bagaimana kau bisa tahu?) si namja tampan menaikkan satu alisnya. Sedangkan si namja cantik hanya terkekeh kecil. Ck. Kawaii~ decak si namja tampan.
“Bajumu basah sekali, hyung.” namja tampan itu lalu memperhatikan pakaian basah yang dikenakannya dan tertawa pelan.
“Oh iya, aku lupa.”

Tak berapa lama, namja cantik pipi tirus itu merogoh tas selempang hitamnya. Mencari sesuatu nampaknya. Ia mengambil dua bungkus kue cokelat mungil dari dalam tasnya.

“Aku lapar. Apa kau mau ini?” tawarnya pada si namja tampan yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangan darinya. Merasa diajak bicara, si namja tampan tergagap dan mengerjap dua kali,

“Mianhae, mungkin sederhana. Tapi cukup hanya sekedar untuk isi perut,” (maaf) lanjut si namja cantik.
“Gwenchana. Kebetulan aku juga sedikit lapar, boleh… minta satu?” (tidak apa-apa) tanya si namja tampan dengan nada yang sedikit merendah. Namja cantik disebelahnya mengangguk dan menyodorkan salah satu bungkus kue cokelatnya pada si namja tampan.
“Tentu saja. Saat menunggu pelangi seperti ini membutuhkan waktu yang agak lama dan membuatku lapar. Maka dari itu, aku selalu membawa bekal jika pergi melihat pelangi,” Si namja tampan hanya mengangguk.

“Oh ya, by the way.. siapa namamu?” gemas juga si namja tampan ingin bertanya soal ini sedari tadi.

“Eoh? Umm.. Joneun Kim Kibum imnida,” (aku Kim Kibum) namja tampan disebelahnya tersenyum lagi, lalu mengulurkan tangan.

“Lee Jinki imnida,” sedetik kemudian Kibum membalas uluran tangan Jinki. Mereka berdua tersenyum, lalu melanjutkan aktifitas makan mereka.
Sambil melahap jatah kue cokelatnya, si namja tampan tahu, sadar atau tidak, sedari tadi juga tidak melepaskan pandangan pada namja cantik disebelahnya.
Melihat Kibum menggigit bagian kecil kue cokelat mungilnya sambil berceloteh kecil, dan sesekali tersenyum entah pada siapa, membuat Jinki tak bosan memandang mata bening dan berbinar milik namja cantik berpipi tirus ini. Entahlah, wajahnya juga enak dipandang~

Merasa diperhatikan, Kibum berhenti berceloteh dan membuang pandangan ke sisa kue cokelat di tangannya. Kue cokelat mungil yang merasa harus diperhatikan ketimbang mata bulan sabit milik namja tampan di sebelahnya. Atau… dirinya sendiri malu karena diperhatikan seperti itu? Entahlah~
Jinki tersenyum penuh arti melihat semburat merah muda di pipi Kibum. Jinki kembali memekik dalam hati. ‘Sial, mengapa namja cantik ini terlihat begitu manis? Umm.. bahkan lebih cantik? Padahal ini pertemuan pertamaku dengannya’ rutuknya dalam hati, bertahan untuk tidak menyubit pipi tirus merah muda Kibum yang terlihat menggiurkan dibanding dengan kue cokelatnya.

Satu gigitan lagi, dan Kibum akhirnya menyelesaikan kue cokelatnya. Kibum hanya tidak tahu bahwa ada sisa cokelat menempel dengan apik di bawah bibir merahnya. Yang refleks, dihapus oleh Jinki dengan pelan.

Kibum terperangah mendapati Jinki yang dengan tenang mengusap bagian bawah bibirnya. Jemari kokoh Jinki juga menimbulkan rasa hangat yang masuk lewat pori-pori, perlahan namun pasti menjalar lewat pembuluh darahnya dan akhirnya berkumpul di pipi tirus Kibum. Yang dengan jelas menimbulkan semburat merah muda lagi disana.
Lalu tak berapa lama, mata bulan sabit milik Jinki dan mata bening milik Kibum itu bertumbukan. Menghasilkan kilat-kilat tak kasatmata, juga sekaligus percik-percik yang entah apa namanya~ Mata bening milik Kibum ditelan bulat-bulat oleh sepasang mata bulan sabit milik Jinki. Jinki memandangi wajah Kibum dengan rakus. Ditatapnya siluet cantik nyaris sempurna ini lekat-lekat. Seolah besok ia akan buta. Sedangkan Kibum juga tampak menikmati tatapan teduh dari mata bulan sabit milik namja tampan dihadapannya.
“Oh, neomu yeppeo!” (oh, cantik sekali) bisiknya pelan. Dirasakannya pipi Kibum yang mulai memanas, padahal tidak ada kompor minyak disana. Kibum akhirnya memilih untuk berdehem.

Sedetik kemudian dua anak manusia itu tersadar sendiri, lalu keduanya terlihat salah tingkah. Dan sepertinya pelangi –objek yang Jinki dan Kibum nantikan- mulai muncul.

“Hey lihat, pelanginya muncul!” seru Kibum memecahkan kecanggungan yang baru saja terjadi beberapa detik lalu. Jinki tak lama juga memandang pelangi yang berada di balik danau. Kibum berdiri dan mendekat kearah danau, berlari kecil menerjang hamparan dandelion dan kemudian duduk di pinggir danau. Mau tak mau, karena antusias juga, Jinki mengikuti Kibum.

Setelah menempatkan bokong pada posisi yang nyaman, Jinki dan Kibum menatap 7 lengkungan warna sempurna dibalik danau itu.

“Yeppeo~” (indah~) tutur Kibum yang masih menatap lurus ke depan. Jinki hanya mengangguk. ‘Kau lebih indah dibandingkan pelangi, Kibum-ah’ bisik Jinki pelan di sebelah sisi hatinya.
Entahlah, semakin ia menatap wajah cantik Kibum, semakin ia mengagumi pahatan manusia nyaris sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Tanpa celah jelek sedikitpun di mata Jinki. Ia terus dan terus menatap siluet cantik disampingnya. Memandangi sebelah pipi kanan Kibum yang mulus dan bening. Sambil terus otak dan pikirannya meneriakkan satu nama. KIM KIBUM~

*
Kibum menoleh ke kenan –ke arah Jinki-. Dan didapatinya sepasang mata bulan sabit milik Jinki menantang mata beningnya. Membuat dua pasang mata itu saling beradu dan menimbulkan kilatan tak kasatmata itu lagi. ‘Tuhan, namja ini benar-benar tampan. Matanya teduh sekali!’ Kibum kali ini memekik dalam hati. Ia baru menyadari namja yang sedang ditatapnya begitu tampan. Setelah itu logikanya tak terkendali lagi, pelangi yang dijadikan objek pengamatannya sore ini diabaikan, dan digantikan oleh namja tampan yang hanya berada beberapa inci dari tempatnya berpijak sekarang. LEE JINKI~

**
Sore itu, kue cokelat itu, pelangi itu, bangku taman itu, tanah basah itu, danau itu, hamparan dandellion beserta kawan-kawannya itu, sekali lagi menjadi saksi bisu atas perasaan terpendam yang –mungkin- belum bisa terungkapkan~
*****
From : Jinki-hyung :)
Key, already touch down at your palace!


Kibum tersenyum melihat siapa pengirim pesan singkat tersebut. Begitulah pesan singkat dan panggilan khas Jinki untuk Kibum. Ya.. memangnya siapa lagi? Genap satu bulan mereka menjalin persahabatan. Genap satu bulan juga perasaan kedua anak manusia itu tidak tersalurkan~ Ups.. oke, mungkin lebih tepat terungkapkan. Tak ada salah satu dari mereka yang berani untuk sekedar menyinggung ‘kata krusial’ itu. Miris? Tidak juga. Setidaknya bagi mereka.

Sekali lagi Kibum mematut diri di depan cermin setinggi tubuhnya. Memastikan penampilannya terlihat rapi di depan Jinki. Tentu saja. Kibum hanya memakai kaus santai berwarna pink bertuliskan Strawberry Girl, berpadu jeans selutut dengan warna senada dan topi beserta tas selempang hitam kesayangannya yang tergantung rapi di bahu. Ia tampak biasa saja. Karena hari ini Jinki mengajaknya ke pantai. Dan untuk apa berdandan seperti ingin ke pesta? Ia tersenyum miring, tanpa tahu kalau ini senyum favorit Jinki.
Duk

Duk

Duk

Kibum berlari menuruni anak tangga. Membuat Jonghyun, saudara kandung satu-satunya yang Kibum miliki, terheran setelah kaki adiknyanya mendarat sentosa di anak tangga paling bawah. Kibum tinggal bersama hyung sedarahnya –Jonghyun-. Hanya berdua karena kedua orangtuanya sudah meninggal tiga tahun lalu karena kecelakaan.

Kibum menyambar sehelai roti selai strawberry kesukaannya. Kibum memang suka dengan hal-hal yang berbau strawberry dan warna pink.

“Aku akan pergi ke pantai bersama Jinki-hyung. Jadi aku pulang agak telat. Apa kau tidak apa-apa bila sendiri? Oh yaa.. ada si coco (anjing milik Kibum), ne? Kalau begitu kau tidak akan sendiri dan kesepian. Baiklah aku berangkat~ tenang saja, akan kubawakan ramyeon super enak. Annyeong, brother.” (dadah, kak)

Kibum buru-buru membuka pintu dan langsung berlari ke halaman, meninggalkan hyung-nya yang hanya bisa geleng-geleng kepala dan berpesan dengan sedikit berteriak.

“Hati-hati!”
*
Jinki mengetuk-ngetuk stir Honda Civic nya. Terus memandangi rumah sederhana berpagar hitam menjulang yang selalu ia sebut istana sang permaisuri hatinya. Lalu tak lama muncullah sesosok yang begitu dinantikannya. Kibum. Tentu saja~

Kibum membuka pintu penumpang depan, membungkukkan badan dan menyapa Jinki.
“Annyeong, Jinki-hyung.” sambil tersenyum, Kibum masuk dan mendudukkan tubuhnya di jok. Tentu saja Jinki membalas sapaan dan senyuman Kibum.
“Annyeong Key,”
“Baiklah, kajja kita ke pantai!” (ayo kita ke pantai) seru Kibum bersemangat.

***
Jinki tertawa geli melihat ekspresi Kibum saat jemari kakinya yang dihempas oleh ombak kecil pantai. Lalu timbul niat jahilnya untuk bersembunyi dibalik gazebo. Perlahan namun pasti ia bersembunyi, meninggalkan Kibum sendirian yang masih asik dengan ombak kecilnya. Sadar Jinki tak ada disampingnya, Kibum memanggil nama Jinki berkali-kali. Kibum tampak panik.
“Jinki-hyung! Ini sungguh tidak lucu! Kau dimana? Tega sekali meninggalkanku sendiri,”

“Jinki-hyung! Hey!”

“Jinki-hyung! Don’t leave me alone,”

Jinki menahan semburan tawanya melihat Kibum yang tengah kebingungan mencari dirinya. Dan hei, tunggu sebentar.

Tes

Tes

Kibum menangis. Oke, cukup main-mainnya. Jinki tidak boleh membuat namja cantik kesayangannya ini menangis.

Jinki keluar dari tempat persembunyiannya lalu menghampiri punggung Kibum yang sedikit terguncang. Sejahat itukah dirinya? Atau karena Kibum yang cengeng? Maksud Jinki hanya bercanda bukan?

“Key, wae kau menangis?” (mengapa kau menangis?) ucap Jinki tiba-tiba dibelakang Kibum. Jinki menghapus pelan butiran airmata Kibum dengan pelan.

“Jinki-hyung! Lihatlah, kau membuatku kebingungan mencarimu hingga akhirnya menangis seperti ini. Cukup puaskah?” Kibum mengerucutkan bibirnya. Kawaii Key~

“Maksudku hanya bercanda, Key. Kau mengerti, ne? Mianhae Kibum-ah,” (maaf, Kibum) sejurus kemudian Kibum langsung memeluk Jinki erat.

“Don’t ever leave me, would you?” Awalnya Jinki sempat kaget, namun tidak melewatkan kesempatan ini. Jinki pun membalas pelukan Kibum.

“Never ever, Key.” Lalu Jinki mengangkat tubuh Kibum dan menggendongnya layaknya pengantin baru. Manis. Tentu saja~

**
“Apakah hari ini kau senang, Key?” tanya Jinki setelah menarik pedal remnya. Mereka akhirnya sampai di rumah Kibum. Kibum mengambil kantong plastik berisi ramyeon yang ia janjikan pada brother Jonghyun.

“Ne, hyung. Jeongmal,” (Iya, kak. Sangat) Kibum tersenyum, begitupula Jinki. “Thanks for today,” sambungnya.

CUP~

Kibum mengecup sebelah kanan pipi tomat Jinki. Kejutan kedua dari Kibum untuk Jinki hari ini. Namja tampan yang baru Kibum kecup pipinya tersenyum lagi.

“You are welcome,” Terlintas dipikirannya untuk membalas kejutan dari Kibum. Mungkin bukan waktu yang tepat, tapi inilah saatnya. Kata krusial yang sudah lama ia persiapkan sejak awal pertemuan di taman sebulan lalu. Masih ingatkah?

“Key,” desah Jinki pelan bertepatan saat Kibum hendak membuka pintu mobil.

“Ne hyung? Wae?” (ya, hyung? kenapa?) tanya Kibum.

“Saranghaeyo..” (aku mencintaimu) Kibum membuka mulutnya. Terperangah tak percaya bahwa kata krusial yang dinantikannya itu keluar juga dari bibir tebal Jinki.

“Eoh? Umm… n-nado saranghae, hyung.” (Umm… aku mencintaimu juga) kali ini ganti Jinki yang mengecup pipi tirus Kibum.

“Istirahatlah, keep healthy, ne? Thank you for an unforgettable day. Annyeong, Key~” sedikit ragu, Kibum mengangguk.

“Annyeong hyung.” Kibum membuka pintu mobil, lalu keluar. Melambaikan tangannya sembari melepas kepergian Honda Civic milik Jinki. Berjalan masuk ke dalam rumah dengan berjuta perasaan euforia.

*****
Melayang~ Kibum merasa tak merasa duduk di bangku pink ini. Ia terus melahap roti selai strawberrynya dan tersenyum sendiri mengingat statusnya sekarang. Ia.. ehm, resmi menjadi milik Jinki sejak semalam.

Jonghyun menyadari sikap aneh yang tersirat dari dongsaeng satu-satunya sejak kemarin malam. Apakah dongsaengnya ini gila? Apakah Jinki-hyung juga yang membuat dongsaengnya seperti ini? Tersenyum sendiri seperti orang tak waras?! Jonghyun bersumpah jika dongsaengnya ini gila karena Jinki-hyung, ia akan menyabut gigi kelinci dan menonjok pipi tomat ranumnya.

“Hey, bisakah kau berhenti tersenyum sendiri layaknya orang tak waras, Kim Kibum?” sindir Jonghyun disela sarapan pagi bersama Kibum.

“Eoh?”

“Jangan berpura-pura bodoh, Kibum-ah~ Kau diapakan oleh Jinki-hyungmu kemarin?”

“Eoh? Jangan berpikir negatif, brother. Dia hanya mengajakku ke pantai. Kau ingat?"
“Yakin hanya itu?” cecar Jonghyun.

“Sudahlah, aku tidak gila. Hanya… hanya saja aku senang sekali~” Kibum tersenyum lagi.

“Karena Jinki-hyung membawamu ke dukun lalu membuatmu gila seperti ini?” tanya Jonghyun sarkatis.

“Ani, jeongmal anio. Sekarang kami.. ehm, resmi menjadi pasangan kekasih. Kau tahu? Itulah yang menyebabkanku…” (bukan, sama sekali bukan) Jonghyun menyemburkan teh hijau dari mulutnya. Batuk sebentar dan menatap Kibum dengan pandangan tak percaya tingkat maksimal.

“Mwo? Jadi..jadi.. kau…” Jonghyun geleng-geleng tak percaya. Kibum sendiri bergegas bangkit dari tempat duduknya dan berkata..
“Wae? Kau iri ya? Hahaha memadu kasihlah dengan coco~”
Kibum lalu menjulurkan lidahnya.

*****
Kibum mengetuk pintu apartment Jinki.
“Tunggu sebentar,” terdengar suara dari dalam yang tidak asing di telinga Kibum. Namun suara tadi bukan suara Jinki, melainkan..
Pintu terkuak, lalu muncul wajah seorang namja manis yang tak lain tak bukan..

“Taemin-ah?”

Sejenak Kibum terdiam. Sedang apa teman satu kampusnya ini di apartement kekasihnya? Atau jangan-jangan…

“Kibum! Ada apa kau kemari?” namja manis yang namanya Taemin ini bertanya dengan tatapan bingung. Ada maksud apa sahabatnya datang kemari tanpa memberitahunya dahulu? Dan..bagaimana Kibum bisa tahu apartement hyung-nya?

Kibum menahan amarahnya dalam hati, ‘harusnya aku yang tanya, mengapa kau ada di dalam apartement Bunny?!’

“Apa kau.. selingkuhan Jinki-hyung?” Taemin membuka mulutnya, menatap sahabatnya dengan mata melotot bingung.

“A-apa maksudmu?”

“Kau jahat sekali, Taemin.” airmata Kibum mulai mengalir membasahi pipi tirusnya. Membuat Taemin semakin bingung tingkat maksimal saat ini. ‘Ada apa sebenarnya?!’

“Kau..huks.. kau.. telah merebut..huks.. Bunnyku..huks..”

“Aigooo, apa maksudmu? Siapa Bunny itu?” (yaampuuuun, apa maksudmu?)

Lalu objek yang dibicarakan muncul dari ambang pintu.

“Ada apa ribut-ribut... Eh? Key, wae kau menangis? Apa yang kau lakukan, Taemin-ah?”
Jinki berangsur memeluk Kibum, namun Kibum meronta minta dilepaskan.

“Bunn..Bunny.. kau tega sekali.. huks,” Kibum masih berusaha melepas paksa pelukan –yang sebenarnya hangat- Bunnynya. Begitulah panggilan sayang Kibum kepada Jinki.

“Taemin-ah! Apa yang kau lakukan pada Keyku?!”

“Aku tidak melakukan apa-apa, hyung! Jebal!” (sungguh!) ujar Taemin berani menantang mata bulan sabit milik hyungnya.

“Kau.. selingkuh bersama sahabatku, Bunn!” Kedua sanak bermarga Lee itu melongo tak percaya. Lalu keduanya saling bertatapan sebentar, mengerti bahwa ini hanya kesalahpahaman Kibum.

“Biar kujelaskan, Key.. Tenanglah dulu,”

“Aku tidak butuh penjelasanmu, Bunn. Semua sudah jelas, apa yang perlu dijelaskan?!” ucap Kibum sedikit berteriak.

“Aku bukan selingkuhan Jinki-hyungmu, Kibum. Aku dongsaengnya!” (aku adiknya) celetuk Taemin yang sejak tadi hanya memilih untuk diam karena sedikit takut melihat amarah Kibum.

Sejenak, Kibum yang tadi sibuk melepaskan pelukan Jinki, terdiam.

“Is that true?” tanya Kibum memastikan. Jinki mengangguk mantap, sesuai dengan fakta bahwa Taemin benar-benar dongsaengnya.

“Jeongmal ne, Key.” (benar sekali, Key)

“Mianhae, Bunn!” (maaf, Bunn!)

Sejurus kemudian Key memeluk Jinki. Lalu melepaskan pelukannya dan menatap Taemin. Memeluknya juga,

“Jeongmal mianhae, Taemin-ah!” (I’m so sorry~)

Taemin lalu balas memeluk sahabatnya.

“Gwenchana,” (tidak apa-apa)

*****
Saat ini Kibum berada dalam toko kue di kawasan Daegu. Yang konon, kebanyakan toko kue di daerah ini menjual berbagai macam kue yang enak-enak dan harganya cukup terjangkau.

Sambil menunggu kue pesanannya dibungkus, Kibum sibuk melihat kue-kue imut berukuran sekali lahap yang dihiasi beberapa strawberry kecil di dekat meja kasir. Uh seems delicious~ Kibum melawan egonya untuk tidak membeli kue-kue imut itu. Tujuannya kemari hanya untuk membeli kue ulang tahun Jinki. Karena malam ini, Kibum akan mengadakan surprise party pada Bunnynya. Special di malam ulang tahun Bunnynya dilalui hanya berdua. Tidak boleh ada yang mengusiknya walaupun hanya Taemin atau Jonghyun sekalipun. Hanya mereka berdua. Hanya Key dan Bunny. Yang ditemani oleh cahaya bulan, lilin-lilin kecil, dan cinta~ Manis. Cukup mengkhayalnya, karena beberapa jam setelah ini khayalan Kibum akan segera terkabulkan.

“Tuan,” panggil yeoja manis penjaga kasir pada Kibum. Kibum menoleh dan melihat bungkusan yang dipesannya ada di tangan yeoja manis itu. Si yeoja lalu menyerahkan bungkusan pada Kibum.

“Kamsahamnida,” (terima kasih) Setelah mendapat balasan anggukan dari yeoja manis tadi, Kibum melangkahkan kaki keluar dari toko. Lalu menyetop taksi yang kebetulan lewat.

“Seoul, ahjusshi.” (seoul, paman)

**
Kibum merogoh saku celananya. Tidak ada. Lalu mengorek isi tas selempang hitamnya. Juga tidak ada. Lalu dimana dompetnya?

“Sebentar ahjusshi, sepertinya dompetku tertiggal di dalam rumah. Aku akan mengambilnya,”

Kibum dengan sekuat tenaga berlari memasuki rumahnya. Menaruh bungkusan kue black forest itu di meja makan. Lalu ia melesat naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya. Menggeledah seisi kamar bernuansa serba pink itu. Mencari objek super pentingnya di meja belajar, di lemari pakaian, di kolong tempat tidur sampai ke tumpukan pakaian kotor, hasilnya tetap sama, nihil. Dimana dompet kesayangannya itu? Kibum nampak gerah lalu melepas jaket bulunya. Terlihat benda mungil berwarna biru jatuh ke lantai dengan selamat sentosa dari saku jaket bulunya. Kibum menepuk kening,

“Aigooo, wae aku lupa kalau dompetku ada di saku jaket bulu itu?!” dengan buru-buru Kibum keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga dan langsung melesat ke jalan. Memberikan tiga lembar uang won pada supir taksi yang dengan sabar menunggu Kibum.

**
Malam yang dinantikan Kibum datang juga. Ia telah mempersiapkan segalanya dengan apik. Menyuruh Jonghyun menginap di rumah Ahjumma mereka agar tidak ada seorangpun yang mengusik malam special ini. ‘Bunny pasti senang,’ pikir Kibum sesaat.

Ting Tong

Sesosok tubuh tegap muncul dari ambang pintu. Tubuh tegap itu terbalut oleh kemeja biru muda yang lengannya dilipat sesikut dan celana jeans hitam yang menjuntai sebatas mata kakinya. Sederhana namun tampan! Dia datang~

“Saengil chukkae, Bunny! Selamat ulang tahun^^!” Kibum mengecup kedua pipi tomat ranum Jinki. Lalu berangsur memeluk Bunnynya. Kibum menghirup aroma parfum dan maskulin khas Jinki. Aroma yang begitu disukainya.

“Eh?” Jinki menampakkan ekspresi keheranan.

“Untukku?” tanya Jinki.

“Ne, hyung! hihihi,” jawab Kibum.

“Tunggu sebentar,” Jinki melepaskan pelukan Kibum. Merogoh saku celananya dan mengambil benda mungil berlayar sentuh. Entah ia mengutak-atik apa, jelas sekali Kibum menautkan kedua alisnya.

“Lihat, bukankah sekarang tanggal 13 Desember?” Jinki menyodorkan benda layar sentuhnya pada Kibum. Mata bening Kibum memperhatikan dengan seksama apa yang terdapat pada benda layar sentuh milik Jinki itu.

“Bu..bukannya..hari ini tanggal 14?”

“Astaga Keeeey, kau lupa tanggal? Hahahaha,” Kibum menepuk kening untuk kedua kalinya hari ini. “Padahal.. aku sudah menyiapkan semua ini untuk hyung. Sayangnya, aku salah ya?” ucap Kibum tampak lesu dan kecewa.

“Hey Key, kau kecewa ya? Hahaha sudahlah~ Tidak masalah kan kalau kita merayakannya lebih cepat? Kajja kita potong kuenya!”

“Kau tidak marah, Bunn?”

“Kenapa musti marah? Kajja kita tiup lilin dulu, oke?”

“Hehehe.. kita harus memotretnya juga!” ucap Kibum sambil mengambil camera yang terletak di meja makan.

Mereka berdua tersenyum, tertawa dan makan bersama dengan perasaan riang malam itu. Jinki senang sekali. Walaupun Kibum sedikit mengacau akibat kecerobohannya, tapi.. yang penting ia bisa melihat senyuman merekah indah terlukis dari bibir tebal Jinki.

*****
Kibum begitu mencemaskan dirinya sendiri yang akhir-akhir ini sering pikun. Kemarin ia menggosongkan kemeja Jonghyun, kemarinnya lagi ia lupa makan seharian, lalu kemarinnya lagi ia lupa mengerjakan tugas makalah. Sadar bahwa ini tidak bisa dibiarkan, Kibum akhirnya memilih untuk memeriksakan diri ke psikiater sekaligus meminta obat apa saja asalkan penyakit mengerikan ini menghilang.

“Silahkan masuk,” ucap seorang suster muda yang mengantarkan Kibum dan membukakan pintu ruang pemeriksaan psikiater.

Dihadapan Kibum saat ini, terlihat jelas seorang psikiater muda yang berusia sekitar dua puluh tiga tahunan tengah duduk sambil asik menuliskan hal-hal yang tidak dimengerti dalam buku catatannya. Dokter Choi Minho, begitu kiranya yang tertulis di depan pintu ruang pemeriksaan.

“Ah, silahkan duduk Tuan.”

“Terima kasih,” Dokter Minho membuka sebuah arsip di sebelah kanan yang sepertinya itu adalah daftar nama pasien yang akan ditanganinya.

“Kim Ki Bum-ssi?” (tuan kibum?)

“Ne,” (ya)

“Baiklah, tunggu sebentar.” Dokter Minho beralih membuka laci meja kerjanya dan mengambil sebuah alat perekam lalu digenggamannya.

“Bisa kita mulai sekarang, Kibum-ssi?”

“Ah ya, silahkan.” Dokter Minho mulai menekan tombol merah pada alat perekam itu dan mendekatkan alat tersebut ke arah mulutnya.

“Apa kau pernah mengalami stress yang berlebihan, Kibum-ssi?”

“Eumm.. aku.. terlalu banyak tugas kuliah yang harus kukerjakan. Dirumah, aku juga harus membereskan rumah.. mungkin aku sedikit lelah,” dari gerak-gerik dokter Minho, Kibum tahu kalau dokter ini sengaja merekam percakapan mereka.

“Apa ada kenangan yang tidak menyenangkan yang terjadi padamu?” “Kejadian tidak menyenangkan? Eumm.. tiga tahun lalu, saat orangtuaku meninggal karena kecelakaan. Saat itu aku menangis seharian penuh,”

“Apa kau merasakan perubahan emosi yang begitu cepat?”

“Eumm.. entahlah~ Akhir-akhir ini aku selalu ceroboh dan lupa akan sesuatu.” “Apa kau sering insomnia?”

“Tepat. Eumm.. apakah perlu percakapan ini direkam?”

“Ah, tidak usah mempermasalahkan alat ini. Cukup jawab saja pertanyaanku. Jawabanmu saat ini bisa jadi pertimbanganku dalam analisis penyakitmu.” jelas dokter Minho. Kibum mengangguk.

“Baiklah, mungkin ini terjadi karena kau mengalami stress berat akibat banyaknya tekanan. Kembalilah seminggu lagi. Aku akan memberikan beberapa tes lagi dan hasil scan padamu untuk melihat apa ada sesuatu di organ dalam kepalamu.” sambung dokter tersebut.

“Arraseo. Annyeonghasimnika, dokter Minho.” (baiklah. permisi, dokter Minho)

“Ne, annyeong.”

Usai berpamitan, Kibum segera melangkahkan kakinya untuk pulang.

“Apapun hasilnya, tetap saja aku hanya kelelahan. Aku harus banyak istirahat setelah ini,” kata Kibum menenangkan dirinya.

*******************
Weird? Checked. Lebay? Checked. Bertele-tele? Checked. Yak saya masih amatir bung, namun mental saya bukan mental bangsa terjajah \M/ *bu Djua style* -_-v Hayo kira-kira Key sakit apa? Soal Alzheimer itu gue nyontek dari blognya kak A. Vienna soalnya kurang begitu paham sama penyakit yang pengen gue cobain (?) loljk! Penasaran sama chapter 2 nya gaaak? Nggak ya pasti T_T yaudah deh daripada author banyak bacot tunggu aja chapter 2 di next post;) :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar