Rabu, 18 Januari 2012

SONGFIC TRAGEDY/YAOI/ONKEY PAIRING/1SHOOT

Annyeong haseyo memberdeul~! Lama ga ngepost sesuatu disini nih, khususnya ff ya :p

Akhirnya yaaah, setelah banyak baca ff onkey dengan segala macem genre dari yang fluff sampe ke NC-21 PUN SAYA BACA LOH SODARA SODARA! \M/ Tapi sayangnya belum baca yang genre nya NC+21 T_____T

Oh iya thankyou buat fanfics onkey 2min dan jjongnonya, noona noona neomu yeppeo, kak Ullan, kak Dilla, Kak Nell dll dll. Semuanya daebaaaak! (y)

Okedeeeh langsung saja baca karya saya yang abal ini, maklum newbie nekat :p

##############################################

Title : Tragedy

Author : Firli Wirany

Cast : Kim Kibum, Lee Jinki, Lee Taemin, Choi Minho

Genre : Romance, Very Drabble :p

Backsound : Tragedy by Onew ft. Jonghyun (translate)

Rating : G

Length : 1shoot

-Tragedy-


~you are like the wind passing by me
without saying goodbye
the feeling that almost cause death~


‘Kita putus saja,’

Hhhh huks huks~

Terceguk beberapa kali setelah menghela nafas panjang. Entah sudah keberapa kali ia melakukannya berulang-ulang hari ini.

Wajahnya putih pucat. Matanya memerah karena terlalu banyak menangis, ditambah bulatan hitam yang melingkar apik disekitarnya. Membuatnya tampak seperti mata panda.

Tak hanya itu, ia juga sesak. Dadanya begitu sesak dan butuh lebih banyak oksigen. Padahal ia sekarang berada di balkon yang notabenenya adalah tempat terbuka. Ani, bukan hanya sekedar oksigen seperti ini yang dibutuhkannya. Ia hanya butuh ‘oksigen’nya. Seseorang yang telah diklaim oleh namja cantik ini sebagai ‘oksigen’nya. Seseorang yang begitu dicintainya. Err.. seseorang yang juga mengucapkan tiga kata krusial menyakitkan tersebut lima jam lalu.

FLASHBACK

“Kita putus saja,”

“Mwo?!”

“Kita. Putus. Saja. Apa sudah lebih jelas?”

“T-tapi hyung kena—“

Ck!

Bahkan namja cantik ini belum menyelesaikan kalimatnya, namun angin malah berhembus seiring kepergian si namja tampan yang begitu saja. Tanpa salam sekalipun. Ckck, namja tidak sopan!

“Jinki, tunggu!” menghapus kasar titik airmata yang mulai keluar dari pelupuk mata kucingnya. Berlari kecil mengejar Jinki yang tampaknya malah mempercepat langkah saat Kibum memanggil namanya.

~ my tears start to fall
I can’t hold you anymore in my arms
I don’t know why I was crying
I just want to hug you again~


Grep

Kibum memeluk Jinki dari belakang. Melingkarkan tangannya erat-erat pada perut Jinki, menyandarkan kepalanya pada punggung lebar berbalut kemeja polos berwarna pearl aqua ini.

Jinki tampak mengguncangkan tubuhnya sendiri, bermaksud membuat Kibum melepaskan pelukannya.

“Sebentar saja, hyung.” cicit Kibum yang masih bertahan pada posisinya. Membuat alis tebal sebelah kiri Jinki sedikit tertarik ke atas.

“Sebentar saja. I-izinkan aku memelukmu.. mungkin untuk yang terakhir kalinya.”

Jinki seketika terdiam, sedangkan Kibum semakin mempererat pelukannya. Memeluknya seolah tidak ingin kehilangan Jinki, dan pada kenyataannya ia harus benar-benar siap kehilangan sosok yang dipeluknya saat ini. Kehilangan semua cinta dan kasihnya. Kehilangan semua kenangan yang ia torehkan pada lembaran hidupnya. Semuanya.

“Waeyo hyung, wae kau mengakhiri hubungan kita?”

Tidak ada respon. Bukan. Bukan karena Jinki bisu kan? Jinki hanya memilih untuk diam, mata bulan sabitnya menatap lurus ke depan dengan datar dan dinginnya.

Berbeda. Tatapannya jauh berbeda dari yang Kibum kenal. Tatapan Jinki yang dulu selalu hangat dan dapat melelehkannya setiap mata mereka bertumbukan. Ya, saat pertama kali mata kucingnya beradu dengan mata bulan sabit Jinki. Saat dimana mata Jinki menghasilkan percik-percik cinta yang membuat debaran lembut pada jantung Kibum.

~ stupid love, foolish love
the end of love is always goodbye and tears
I hope that you would change your mind
and come back to my side again~


“Hyung, kenapa diam saja? Wae kau tidak menjawab pertanyaanku?”

Tidak ada respon lagi. Hei, tidak tahukah Jinki kalau Kibum sangat menunggu jawabannya?

“Apa.. apa aku punya salah padamu? K-kalau iya, bisakah kau memberitahuku agar aku tidak akan mengulanginya lagi?”

Lagi-lagi not responding. Ayolah Lee Jinki, keluarkanlah suaramu!

“Hyung, kau tahu? Aku.. aku.. hanya ingin bersamamu. Aku.. tidak ingin kau pergi. Err.. tidak bisakah kita.. kembali bersama lagi eum?”

“Ck,” Jinki hanya berdecak. Melepas pelukan Kibum dengan kasar dan bergegas meninggalkan mantan namja cantiknya. Namun Kibum justru menahan tangan kokoh Jinki. Menghadapkan wajahnya pada Jinki yang malah memalingkan wajahnya sendiri.

“Ck, minggir.”

“Tidak boleh,”

Sontak Jinki menoleh ke arah Kibum dengan tatapan heran. Mata kucing Kibum menantang mata bulan sabit milik Jinki. Mata mereka berkilat dalam kegelapan, menimbulkan percikan berbeda kali ini.

Jinki kemudian memutar bola matanya. Ingin melangkah menjauhi mantan namja cantiknya ini. Lagi. Kibum malah merentangkan tangannya, berusaha untuk menahan Jinki lagi.

“Aku bilang, minggir.”

“Aku juga bilang tidak boleh,”

“Kau itu keras kepala sekali, Kibum-ssi. Minggir, beri aku—“

CHU~~

Mata bulan sabit Jinki membulat sempurna saat bibir cherry Kibum mendarat dengan mulus di bibir tebalnya. Melekatkan bibir mereka jadi satu, meleburkan ketegangan sejenak kedalam tindakan tenang namun manis ini. Meskipun ada rasa perih dan pahit dalam hati dari salah satunya.

Kilatan dan percikan dari mata mereka mulai meredup, perlahan mengatupkan kelopak matanya satu sama lain. Kibum mengulum bibir Jinki dengan lembut sambil memainkan lidahnya. Perlahan namun pasti, ia melahapnya dengan rakus seolah esok ia tak dapat merasakannya lagi. Err.. mungkin saja.

“Eunghh..”

“Jin.. eunghh.. Ki.. hmmpphh..”

Mencoba menikmati ciuman hangat terakhirnya bersama Jinki, walaupun airmata kehilangan yang mati-matian ia sembunyikan.

Setelah mendengar erangan dan desahan Kibum, Jinki buru-buru membuka matanya dan bergegas melepaskan ciuman ini. Sadar bila dilanjutkan hanya akan membuatnya kembali luluh dengan mantan namja cantiknya. Yah, karena memang keputusannya sudah bulat untuk tidak berhubungan dengan Kibum. Jangan tanyakan mengapa, karena Jinki sendiri sampai saat ini belum mengetahui jawaban yang pasti.

Kibum tersadar saat Jinki melepaskan ciumannya. Kemudian menunduk karena malu dan sedikit merasa bersalah. Meskipun disisi lain hatinya ada monster kecil yang melonjak kegirangan.

“Hyung mianhae, yang tadi—“

“Annyeong,”

Jinki berjalan begitu saja melewati Kibum yang kini menatapnya nanar. Saat kehilangan itu akhirnya tiba. Ck, begitu cepat.
“Terima kasih, hyung. Neomu saranghae, jeongmal.” ucap Kibum pelan, berharap angin menyampaikan kalimatnya ke telinga Jinki.

~I will still love you forever
please don’t ever forget about me
even after the tragic love ends
I am waiting for you~


FLASHBACK END

Kibum menarik nafasnya lagi, ia sudah lelah menangis hari ini. Berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis lagi. Meski entah besok ia akan melanggarnya atau tidak. Yah, hwaiting Kibum!^^

Mata kucingnya kini berpaling menatap langit malam yang gelap. Tidak ada bintang-bintang seperti biasa, namun kali ini hanya ada bulan sabit yang sinarnya tampak meredup. Ah ya, bulan sabit. Benda langit super indah itu mengingatkan Kibum pada… ah sudahlah!

“Tidak boleh memikirkan apapun tentang namja itu lagi, Kibum! >,<” Menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha untuk memegang janjinya yang dibuatnya sendiri beberapa menit lalu. Sedetik kemudian Kibum memegangi kepalanya. Merasakan nyeri saat ia menggelengkannya barusan. Lalu kenapa sekitarnya tampak seperti berputar-putar? Dan hei, kenapa pandangannya ikut mengabur? Aish, semakin tidak jelas melihat apapun! Apa yang terjadi? Apa terjadi gempa dadakan lalu matanya tiba-tiba buta eoh? Tak lama melayangkan pertanyaan sarkatis tadi, semuanya menjadi gelap. ~even if I die, leave you like this
you will be able to find another love
but there would still be sadness in that love~


*

Kening namja cantik itu berkerut saat tempias cahaya matahari pagi menyinari wajahnya. Semilir angin pagi yang menyejukkan dari jendela disebelah ranjangnya berhasil membuka mata kucing itu perlahan. Mengerjap beberapa kali saat matanya terbuka sempurna. Merasakan keningnya sedikit berdenyut, masih terasa nyeri tampaknya.

Menatap sekelilingnya yang bernuansa serba pink, mengenal betul tempatnya berbaring sekarang. Kamarnya. Eh? Bukankah terakhir kali dia berada di balkon? Lalu mengapa sekarang berbaring dengan manisnya di tempat tidur?

“Hyung, kau sudah bangun?” suara lembut itu menyapa paginya, bersamaan dengan munculnya dua siluet manusia disamping Kibum.

“Syukurlah kau sudah bangun. Semalam kami menemukanmu tertidur di balkon. Apa kau sudah gila eoh? Tertidur di tempat terbuka tanpa menggunakan perlengkapan tidur ditambah angin malam yang super dingin itu. Ckck,” sambung suara bass lainnya sambil menggelengkan kepala meremehkan.

“Ya hyung, Minho sampai membopongmu kesini. Bahkan kami sempat melihat matamu tampak seperti mata panda. Apa kau menangis semalaman?”

Semalaman? Seharian lebih tepatnya!

Nyuut

Keningnya mulai berdenyut lagi. Sial, rasa nyerinya semakin bertambah. Kibum memijit keningnya pelan, berharap dengan ini rasa nyerinya sedikit berkurang.

“Hyung, gwaenchana?”

Baik-baik saja? Apa dengan keadaan seperti ini masuk kategori baik-baik saja?

“Aku baik-baik saja, Taeminnie.” Yap, ia pandai berbohong. Membohongi kedua dongsaengnya dan juga membohongi dirinya sendiri. Padahal bermaksud untuk menutupi rasa sakitnya kan? Ckck, pandai sekali!

Perlahan pandangannya mulai mengabur karena cairan bening nan hangat yang memenuhi mata kucingnya. Mengerjap sekali dan voila!

Tes

Tes

Tes


Bendungan airmata tak dapat Kibum tahan lagi dan akhirnya butiran-butiran cair tadi terjun bebas melewati pipi tirusnya. Setetes jatuh yang lain pasti akan mengikuti. Jangan. Tolong jangan menangis lagi. Tolong jangan menangisinya lagi, tepatnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis lagikan? Bahkan sekarang Kibum melanggar janjinya sendiri. Yah, ternyata dirinya memang bukan pemegang janji yang baik.

Pabbo! Na babogateun namja!

Huks hukss

Kibum mengutuki dirinya sendiri dalam hati sambil terus menjambaki rambut white blondenya. Mengapa dirinya bisa sebodoh ini? Kenapa dirinya begitu cengeng? Dimana gelar ‘Almighty’ yang dulu selalu dibanggakannya? Apakah dirinya yang cengeng ini pantas diberi gelar ‘Almighty’?

Pabbo-ah! Kibum pabbooooooo!!!

~through my lips, I can’t tell
that I will love you forever
I have no idea why
sadness and tears are part of farewell~


Menggigit bibir bawahnya yang sedari tadi bergetar hebat. Ah, bibir ini… bahkan Kibum mengingat amat jelas saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Jinki. Err.. saat ciuman terakhir mereka.

Ingin rasanya Kibum membeli mesin waktu saat ini juga. Ingin men-settingnya kembali ke masa lalu dimana awal pertemuannya dengan Jinki dua tahun silam. Kemudian membekukan mesin waktu tersebut agar tidak dapat berputar lagi. Hanya ingin ada masa itu saja, tidak untuk masa sekarang dimana dirinya benar-benar terpuruk. Ya, tentu saja itu hanya ilusi semata. Bodoh! Kim Kibum benar-benar bodoh!

Huks hukss

~ I know my love is hard but I still want to hold on
I am sad
I am sick but I still have to let you leave me~


“Hyung, kenapa kau menangis? Gwaenchana?”

Haruskah dirinya berkata jujur bahwa ia tidak baik-baik saja?

*

~I can’t never forget about you
even if I tried thousands and millions of time
(I know that in this life)
(another sad love)~


Jinki berlutut beralaskan tanah basah. Tubuhnya kaku bagai tak bernyawa. Perlahan, rintik hujan mulai turun membasahi pakaian yang ia kenakan. Ia terdiam, hanya diam, dan terus diam. Kata-kata itu terus ada dibenaknya, kata-kata yang pasti akan disesalinya seumur hidup.

Lily putih yang ada ditangannya merunduk dan layu, seolah ikut merasakan kepedihan yang ia rasakan. Disaat seperti ini, Jinki kembali membayangkannya, membayangkan sosoknya yang sejak dua setengah tahun lalu selalu berada disisinya.

Jinki menyadari, sangat menyadari betapa ia merindukan suaranya, tawanya, kekehan kecilnya, senyumnya, mata kucingnya, pipi tirusnya, bibir cherry ranumnya. Ah, semuanya.

Ditaruhnya lily putih di depan batu nisan yang terukir namanya. Nama mantan namja cantiknya. Hati Jinki kembali merasa perih, namun keperihan yang berbeda kali ini.

Tes

Tes

Tes


Dan tangis Jinki kembali pecah. Kenapa harus seperti ini? Kenapa harus ada kejadian seperti ini dulu baru ia bisa mengaku tentang semuanya. Kemana dirinya selama enam bulan ini? Kenapa Jinki harus membiarkan Kibum menunggunya selama ini? Kenapa?!

~without you in my life I am useless
and nothing
(I try not to, not to grieve about it)
(you left me all alone)
after the end of tragic love
I would be just crying~


Semua tiba-tiba saja berjalan lambat, bagai alunan nada minor yang terlalu menyayat hati seolah tak berujung, semua tiba-tiba saja tak lagi bersuara, dunia ini seperti kosong, atau hati Jinki yang kosong?

Kibum pergi dan Jinki kehilangan. Tidak. Tidak sesederhana itu. Kibum pergi dan Jinki menyesal, amat sangat menyesal.

“Chagi,” panggil Jinki dengan nada lirih. Panggilan sayangnya kepada Kibum. Mengingat dimana saat pipi Kibum merona merah karenanya. Ah andai saja saat ini Kibum masih ada, Jinki akan rela memanggilnya berjuta-juta kali, atau bahkan lebih. Yah, asalkan ia dapat melihat rona merah dan senyum manis milik Kibum.

Sosok kelam tak kasatmata yang berada di samping Jinki, tersenyum manis. Mengenal betul dengan kalimat yang baru saja namja tampan di sebelahnya ini ucapkan. Mulai membuka mulutnya dan mengarahkannya pada telinga Jinki.

‘ya, hyung?’

“Chagi, eumm.. masih bolehkah aku memanggilmu dengan panggilan seperti ini? Apa kau akan marah? Ah ani, kau pasti tampak seperti kepiting rebus karena pipimu memerah kan?”

Jinki terkekeh miris sambil mengelus nisan Kibum, seolah ia sedang mengelus pipi tirus pemiliknya.

Sama seperti Jinki, sosok kelam di sebelahnya juga terkekeh kecil. Jika sosok ini kasatmata, Jinki pasti akan melihat semburat merah muda di pipi tirusnya.

“Chagi, jeongmal bogoshipeo~ Apa.. k-kau juga merindukanku eummm?”

‘Heey nado, hyung.’

“Chagi, kenapa diam saja? Wae kau tidak menjawab pertanyaanku?” bodoh. Jinki justru mengutip pertanyaan Kibum saat hari pengeksekusian enam bulan lalu. Dan idiotnya lagi kali ini, pertanyaan yang dilontarkan Jinki barusan SAMA PERSIS dengan apa yang Kibum tanyakan dulu. Tampak seperti bertukar posisi kali ini, karena pihak yang ditanya hanya diam saja. Sekali lagi, SAMA PERSIS dengan adegan yang Jinki peragakan dulu. Ck, karma!

“Mianhae aku menjiplak kalimatmu,”

‘Gwaenchana, hyung.’

“Tidak, chagi. Aku tidak bermaksud untuk mengungkit kejadian enam bulan lalu. Hanya saja.. saat itu aku merasa bodoh karena tidak menjawab pertanyaanmu. Aku.. aku.. entahlah, saat itu aku tidak menemukan jawaban yang tepat untuk menjawabnya. Bahkan.. aku sendiri juga bingung kenapa aku memutuskanmu tanpa alasan begitu saja. Ck, aku memang bodoh kan, chagi? Yah, Lee Jinki pabbo!”

Huks hukss

‘Aniooo, kau tidak bodoh! Jangan berbicara seperti itu, hyung. Aigo, apa kau menangis? Aish, sudahlah~’

Sosok tak kasatmata itu berangsur mengarahkan telunjuknya pada pelupuk mata Jinki, bermaksud menghapus buliran airmata yang mulai keluar dari mata bulan sabitnya.

“Huks.. T-tapi.. apa kau tahu? Beberapa hari setelahnya, aku begitu menyesal mengucapkan kata keramat super tolol itu. Entahlah, mungkin saat itu otakku baru saja terbentur kereta api. Arrgghh aku menyesal, chagi. Sangat sangat menyesaaal!!!” ucap Jinki sambil meninju keningnya sendiri. Sedangkan si sosok kelam berusaha untuk menahan tangan kokoh Jinki. Namun apa daya, dirinya tak kasatmata kan?

‘Sudahlah, hyung. Itu hanya kepingan kecil dari masa lalu, pikirkan masa depanmu saja, ne?’

Si sosok kelam kemudian mengelus pelan pipi tomat Jinki. Aigo, lama sekali ia tidak menyentuh pipi ini.

Merasa pipinya disentuh pelan oleh sesuatu yang tak kasatmata, Jinki menggeliat. Bulu kuduknya meremang, dengan segera ia memijit tengkuknya. Misteri~

“Apa.. apa itu kau, chagi?”

‘Ya, hyung. Ini aku, Kibum.’ si sosok kelam tersenyum lagi. Bersyukur karena namja tampan yang baru ia sentuh pipinya itu menyadari kehadirannya disini, meski tak kasatmata.

“Yah meskipun kau tak terlihat, aku masih bisa merasakannya kan? Karena.. karena kau ada disini, chagi.” Jinki menunjuk dadanya sendiri. Menatap nisan itu ditambah dengan senyuman terindahnya. Special, hanya untuk pemilik nisan tersebut. Ya, sosok kelam yang berada di sebelah Jinki. Ia membalas senyuman namja tampan itu, tak kalah manisnya.

Jinki kemudian memeluk nisan di depannya, seolah memeluk Kibum yang sedang tertidur. Padahal pemiliknya sedang berdiri di sebelah Jinki. Ya, sosok kelam tak kasatmata itu.

“Tidurlah dengan tenang, Kibumku sayang. Doa baikku selalu bersamamu. Berbuat baiklah di Surga sana, ne? Neomu saranghae, jeongmal.”

Jinki akhirnya mengecup nisan tersebut. Bersamaan dengan itu, sekelebat cahaya dari langit menerangi sosok kelam di sebelahnya. Tampak seperti menyedot apapun yang disinari olehnya.

‘Baik, hyung. Nado saranghae, jeongmal. Annyeong,’

~there’s no such thing as eternal love
goodbye, my love~


_END_

##############################################

How how? Bad? Checked. Weird? Checked. Haaaa kan udah dibilangin, ini karya amatiran -__- Maaf ya sok sok menjurus ke angst tapi akhirnya gagal juga haha eh btw itu ada cuplikan kisseunya walaupun sedikit x_x abisan gapede sih bikin yang lebih dari itu ehe._.

Yak, kritik&saran bisa comment atau mention @FirliWirany. Di follow sekalian juga boleh kok :p

Annyeong, gamsahamnidaaaaa ~(^o^)~

1 komentar:

  1. huuaaaaaaa hiks
    aku menghayatiii loh hiks..
    aah jinki pabbo! nice ff aku tunggu next part thor hehe

    BalasHapus